Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Perkuliahan Rabu, 11 Februari 2015
A. Learning Trajectory
Learning
Trajectory merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa
belajar serta bagaimana siswa berpikir yang diaplikasikan dalam Teaching Trajectory tentang bagaimana
guru menyelenggarakan proses belajar mengajar. Dalam tingkatan sekolah dasar,
siswa masih berpikir secara konkrit berdasarkan fakta dan pengalaman sehingga
guru memfasilitasi siswa belajar ilmu misalnya Matematika secara konkrit
berdasarkan fakta dan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jika guru
memfasilitasi siswa belajar Matematika secara konkrit berdasarkan fakta dan
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari maka siswa akan dapat membangun
konsep berdasarkan intuisinya yang melahirkan nurani siswa. Semua tingkatan
dari TK, SD, SMP, SMA, dewasa, bahkan manula pernah berpikir dari tahap
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi berdasarkan
teori Bloom. Guru sebaiknya melatih siswa untuk terbiasa berpikir melalui
tahap-tahap tersebut sehingga siswa dapat merefleksikan apa yang telah
dipahami.
Gambar 1. Skema Learning Trajectory oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A.
B. Cerdas
dan Kompeten
Belajar untuk menjadi cerdas dan kompeten tidaklah
instan, melainkan melalui tahap-tahap berikut:
1.
Niat
Niat belajar yang ikhlas untuk
mencari ilmu atas ridho Allah SWT. Nawaitu kita dalam mencari ilmu untuk
kebaikan dan bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi untuk orang
banyak pula. Kita berniat belajar karena kita merasa membutuhkan ilmu tersebut
dan masih kurangnya ilmu yang kita miliki dengan menyingkirkan rasa sombong
kita yang merasa telah pandai sehingga muncullah keikhlasan dalam belajar
mencari ilmu.
2.
Sikap
Setelah niat belajar untuk mencari
ilmu secara ikhlas akan timbul sikap dalam belajar. Sikap dalam belajar
bermacam-macam seperti:
a. Sikap terhadap materi pelajaran.
Perlunya sikap positif terhadap materi pelajaran yang akan melahirkan minat dan
motivasi dalam belajar sehingga akan lebih mudah dalam menyerap materi
pelajaran.
b. Sikap terhadap pendidik. Peserta didik
perlu bersikap positif terhadap pendidik agar tercipta kenyamanan dalam belajar
bersama pendidik sehingga peserta didik mampu menyerap materi pelajaran dengan
baik.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta
didik perlu bersikap positif terhadap proses pembelajaran sehingga pencapaian
hasil belajar dapat maksimal.
3.
Pengetahuan (ilmu)
Niat belajar mencari ilmu dengan
ikhlas disertai sikap positif dalam belajar akan diperolehnya pengetahuan
(ilmu). Ilmu tersebut dapat bermanfaat atau tidak tergantung dari niat awal
belajar mencari ilmu tersebut karena apa dan untuk apa. Ilmu dapat bermanfaat
apabila dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat berbagi
ilmu yang didapat dengan orang banyak.
4.
Ketrampilan
Berdasarkan ilmu yang diperoleh
maka kita akan memiliki keterampilan. Keterampilan tersebut merupakan hasil
belajar pada ranah psikomotorik yang terbentuk menyerupai hasil belajar
kognitif. Dengan keterampilan yang dimiliki maka mampu untuk mengerjakan atau
melaksanakan sesuatu dengan baik. Di sinilah ilmu tidak hanya sebagai konsep
namun dapat diaplikasikan melalui kegiatan menggunakan keterampilan tersebut.
5.
Pengalaman
Dari semua hal yang telah dilalui
untuk memperoleh ilmu maka kita akan mempunyai pengalaman-pengalaman dalam
hidup. Bahkan seorang bayi pun sudah memiliki pengalaman dilahirkan ke dunia
ini. Semakin banyak ilmu yang kita peroleh akan semakin banyak pula pengalaman
yang kita miliki. Pengalaman-pengalaman tersebut akan mendewasakan kita dalam membangun
hidup dan pentingnya belajar berdasarkan pengalaman.
Gambar 2.
Tahap-tahap Menjadi Cerdas dan Kompeten
C. Asumsi
Adult Learning
Asumsi Adult Learning terdiri dari:
1. Motivasi/niat belajar yang ikhlas.
2.
Mandiri/sikap belajar yang selalu
positif/baik.
3. Bisa bekerja sama karena ilmu tidak akan
berguna jika egois/sombong dan tidak mampu bekerja sama.
4. Rasa ingin tahu (curiosity) sebagai sifat dasar manusia yang haus akan pengetahuan
(ilmu). Manusia akan berusaha mencari tahu untuk memuaskan keinginan tentang
hal yang tidak diketahuinya sama seperti belajar seumur hidup.
5. Mampu beradaptasi (ruang dan waktu) yang
dapat berpikir kritis dalam menghadapi perkembangan zaman agar tidak mudah
terjerumus dalam ilmu/budaya yang menyesatkan.
6.
Adopsi dengan mengadosi hal-hal yang
baik untuk ditiru dan meninggalkan hal-hal yang buruk.
7. Tingkatan manfaat ilmu dengan cara
berbagi ilmu yang diperoleh. Tingkat pertama (terendah) yaitu untuk diri
sendiri (intrinsik), ilmu yang diperoleh hanya untuk diri sendiri, tidak
berbagi dengan orang lain sehingga tidak bermanfaat bagi orang lain. Tingkat
kedua yaitu berbagi untuk orang lain (ekstrinsik), ilmu yang diperoleh tidak
hanya untuk diri sendiri tetapi dibagi untuk orang lain sehingga ilmu yang
diperoleh bermanfaat bagi orang lain. Kemudian tingkat ketiga (tertinggi) yaitu
untuk jejaring sistemik (networking),
pada tingkat ini ilmu dibagi tidak hanya untuk orang lain saja tetapi sudah
mendunia melalui jejaring sistemik sehingga banyak orang di dunia yang dapat
memperoleh ilmu yang kita bagi di jejaring sistemik tersebut.
8. Membangun hidup melalui pendidikan yaitu
Learning Trajectory. Disini muncul
konsep hermenetika membangun hidup. Hermenetika yang menginteraksikan apa yang
dipikirkan dalam kehidupan, proses menerjemahkan dan diterjemahkan.
Oleh:
Ika Noviana
NIM 14712251002
Program Pascasarjana
Pendidikan Dasar
Konsentrasi Praktisi (Guru Kelas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar