Selasa, 16 Juni 2015

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Learning Trajectory di Sekolah Dasar




PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

BERBASIS LEARNING TRAJECTORY

DI SEKOLAH DASAR




Disusun guna memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah:
Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A.







Oleh:
Ika Noviana
NIM. 14712251002
Konsentrasi Praktisi (Guru Kelas)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015


DAFTAR ISI


COVER JUDUL ....................................................................................................   i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................   ii
I      PENDAHULUAN ..........................................................................................   1
II    LEARNING TRAJECTORY MATEMATIKA SD ..........................................   4
A.       Referensi Normatif yang Berkaitan dengan Learning Trajectory ............   5
B.       Learning Trajectory dalam Kurikulum 2013 ............................................   6
III   PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS
LEARNING TRAJECTORY DI KELAS I ......................................................   8
A.       Silabus ......................................................................................................   8
B.       RPP ...........................................................................................................   9
C.       LKS ..........................................................................................................   12
D.       Handout/Konten/Isi ..................................................................................   13
IV   RENCANA/PRAKTEK LEARNING TRAJECTORY DAN TEACHING
TRAJECTORY DI SEKOLAH .......................................................................   15
V    KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................   17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................   19
LAMPIRAN

Download Lampiran:
1. Tabel Trajectory Lines of Development Primary Mathematics
3. RPP, LKS, dan Handout/Konten/Isi
4. Lembar Observasi Lesson Study di SD Negeri Sodo

 

BAB I

PENDAHULUAN

Perkuliahan Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. memberi banyak ilmu tentang Learning Trajectory yang berimplikasi pada Teaching Trajectory. Learning Trajectory merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa belajar serta bagaimana siswa berpikir yang diaplikasikan dalam Teaching Trajectory tentang bagaimana guru menyelenggarakan proses belajar mengajar.
Learning Trajectory diaplikasikan pada perangkat pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Teaching Trajectory). Namun para guru masih banyak yang masih tradisional dimana guru membuat perangkat pembelajaran yang masih bersifat tradisional. Guru masih egois karena tidak memperhatikan kebutuhan, kesiapan, dan tahap perkembangan berpikir siswa dalam membuat dan mengaplikasikan perangkat pembelajarannya.
 Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru tradisional belum berbasis Learning Trajectory, belum mengaitkan materi sebelum, materi PBM, dan materi sesudahnya dari level rendah menuju level tinggi saling berkaitan. Materi pembelajaran bersifat parsial sehingga pengetahuan siswa terbatas atau terputus kurang berkembang secara maksimal. Perangkat pembelajaran belum berbasis Learning Trajectory yang belum memfasilitasi siswa belajar ilmu misalnya Matematika secara konkret berdasarkan fakta dan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga intuisi siswa akan tercabut dan kehilangan nuraninya.
Perangkat pembelajaran masih tradisional dimana kurangnya pengalaman siswa tanpa Realistic Mathematics Education. Guru tradisional yang otoriter terhadap muridnya, guru munafik yang mengharuskan siswa menjawab sempurna. Fasilitas guru belum menyesuaikan dengan karakteristik dan tahap perkembangan berpikir siswa dimana siswa langsung belajar pada tahap formal secara tradisional. Guru mengkondisikan dalam proses belajar siswa sehingga siswa akan tergantung kepada guru.
Perangkat pembelajaran yang seharusnya adalah perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory mengaitkan materi sebelum, materi PBM, dan materi sesudahnya dari level rendah menuju level tinggi yang saling berkaitan. Perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory menyesuaikan tahap perkembangan berpikir siswa. Berdasarkan teori Piaget, tahap perkembangan anak tingkat sekolah dasar masih berpikir secara konkret berdasarkan fakta dan pengalaman sehingga perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory memfasilitasi siswa belajar ilmu misalnya Matematika secara konkret berdasarkan fakta dan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jika siswa difasilitasi belajar Matematika secara konkret berdasarkan fakta dan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari maka siswa akan dapat membangun konsep berdasarkan intuisinya yang melahirkan nurani siswa.
Perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory bersifat Sintetik Apriori seperti Realistic Mathematics Education dimana sebenar-benar ilmu pengetahuan menurut Immanuel Kant adalah harus ada pengalaman dan logika, harus Sintetik dan Apriori, siswa terlibat secara langsung dalam proses belajar sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya. Perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory bersifat membangun (Constructivism). Perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory bersifat guru yang melayani siswa, guru yang membangun siswa, guru yang inovatif.
Perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory menyesuaikan karakteristik siswa dalam memberikan fasilitas belajar siswa. Banyak teori belajar yang dijadikan dasar dalam usaha memfasilitasi belajar siswa. Wujud teori-teori belajar adalah proses belajar mengajar. Cara berpikir siswa ada 3 unsur menurut Shigeo Katagiri yaitu sikap, metode, dan materi/isi sehingga ada Realistic Mathematics Education yang terdapat dalam perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory. Dalam memfasilitasi belajar Matematika berawal dari tahap konkret, model konkret, model formal, kemudian formal. Sama seperti Teori Bruner diawali dari tahap enactive (benda), iconic, dan symbolic. Teori-teori belajar tersebut berdasar tahap perkembangan berpikir oleh Piaget dimana anak SD berpikir secara konkret.
Perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory tidak bersifat guru mengkondisikan dalam proses belajar siswa karena belajar merupakan berdaya sehingga mengajar merupakan memberdayakan siswa dan siswa tidak akan selalu tergantung kepada guru. Perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory membiarkan bola ada di tangan siswanya. Bola yang ada ditangan siswa biarkan mau diapakan oleh siswa tersebut. Bola tersebut merupakan milik siswa dan siswa mempunyai daya atas bola tersebut untuk diapakan sehingga siswa tidak akan tergantung kepada guru dalam memperlakukan bola tersebut. Bola itu sendiri merupakan fasilitas guru yang dapat dimanfaatkan oleh siswa karena guru memberikan fasilitas kepada siswa dalam usaha memberdayakan siswa agar siswa mampu berdaya dengan fasilitas tersebut.
Dengan mengembangkan Learning Trajectory maka diharapkan akan mampu mengembangkan perangkat pembelajaran di SD yang memperhatikan perkembangan kognisi dan kompetensi siswa. Perkembangan kognisi dan kompetensi siswa (kognisi, afeksi, dan psikomotor) membuat implikasi perlunya dikembangkan teori belajar, teori mengajar, metode mengajar, dst. Lines Development dari substansi pembelajaran (Trajectory), rangkaian perangkat pembelajaran yang terstruktur dari level rendah menuju tinggi sehingga Learning Trajectory akan berkontribusi pada kejelasan dari kokohnya skema pencapaian kompetensi. Dengan kokohnya skema pencapaian kompetensi akan dapat dilihat kedudukan dan hubungan aktivitas belajar mengajar antar jenjang pendidikan.

 

BAB II

LEARNING TRAJECTORY MATEMATIKA SD

Learning Trajectory merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa belajar serta bagaimana siswa berpikir yang diaplikasikan dalam Teaching Trajectory tentang bagaimana guru menyelenggarakan proses belajar mengajar (Prof. Dr. Marsigit, M.A.). Guru inovatif membangun Learning Trajectory dengan mempelajari bagaimana siswa berpikir dan belajar melalui berbagai referensi tentang teori belajar dan mengajar untuk membuat perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory serta memfasilitasi belajar siswa (Teaching Trajectory) dengan mengaitkan materi sebelum, materi PBM, dan materi sesudah pembelajaran.
Menurut Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins (Erman Suherman, 2001), matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam Matematika. Materi pembelajaran Matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal konkret ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks, atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar. Pembelajaran matematika mengikuti metoda spiral. Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep alam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (spiral melebar dan menaik).
Guru harus mampu memfasilitasi siswa untuk belajar Matematika berdasarkan Learning Trajectory. Guru yang memahami Learning Trajectory akan memahami cara memfasilitasi siswa belajar Matematika sesuai dengan cara berpikir dan belajar Matematika siswa. Guru harus berani meninggalkan comfort zone dari tradisional yang sekedar transfer of knowledge menuju guru yang inovatif dengan cara mempelajari Learning Trajectory sehingga guru mampu membuat perangkat pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam rangka memfasilitasi siswa belajar Matematika sesuai dengan cara berpikir dan belajar siswa. Cara berpikir dan belajar siswa berkaitan dengan kesiapan, kebutuhan, dan tahap perkembangan siswa. Guru harus memperhatikan dan menyesuaikan proses pembelajaran dengan hal-hal tersebut.

A.      Referensi Normatif yang Berkaitan dengan Learning Trajectory

Kritisisme merupakan aliran yang lahir dari pemikiran Immanuel Kant yang terbentuk sebagai ketidakpuasan atas aliran Rasionalisme dan Empirisme. Kekeliruan Rasionalisme ialah karena Rasionalisme tidak memperhatikan pengalaman, lebih mementingkan rasio, pengertian dan aspek-aspek statis. Sedangkan Empirisme lebih mementingkan pengalaman dan aspek-aspek dinamis, tetapi tidak memiliki konsep untuk menggambarkan pengalaman.
Filsafat Kant berusaha mengatasi dua aliran antara Empirisme dan Rasionalisme dengan menunjukkan unsur-unsur mana dalam pikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam akal. Kant menyebut perdebatan itu antinomy, seakan kedua belah pihak merasa benar sendiri, sehingga tidak sempat memberi peluang untuk munculnya alternatif ketiga yang barangkali lebih menyejukkan dan konstruktif.
Kant memandang Rasionalisme dan Empirisme senantiasa berat sebelah dalam menilai akal dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Kant tidak menentang adanya akal murni, ia hanya menunjukkan bahwa akal murni itu terbatas. Akal murni menghasilkan pengetahuan tanpa dasar indrawi atau independen dari alat pancaindra.
Filsafat memulai perjalanannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Maka Kritisisme berbeda dengan corak filsafat modern sebelum-sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Dengan Kritisisme yang diciptakan oleh Immanuel Kant, hubungan antara rasio dan pengalaman menjadi harmonis, sehingga pengetahuan yang benar bukan hanya pada rasio, tetapi juga pada hasil indrawi.
Kant mengatakan bahwa, akal tidak boleh bertindak seperti seorang siswa yang hanya puas dengan mendengarkan keterangan-keterangan yang telah dipilihkan oleh gurunya, tetapi hendaknya ia bertindak seperti hakim yang bertugas menyelidiki perkara dan memaksa para saksi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia sendiri telah rumuskan dan persiapkan sebelumnya. Upaya Kant ini dikenal dengan kritisisme atau filsafat kritis.
Pemikiran Immanuel Kant yang menghubungkan antara rasio dan pengalaman untuk menggapai pengetahuan yang benar sangat sesuai dengan pembelajaran siswa SD yang belajar dari pengalaman dan rasionya. Pemikiran Immanuel Kant yang bersifat Sintetik Apriori melahirkan Realistik Matematika dalam pembelajaran Matematika di SD. Sebenar-benar ilmu pengetahuan menurut Immanuel Kant adalah harus ada pengalaman dan logika, harus Sintetik dan Apriori. Guru tidak sekedar transfer of knowledge tetapi siswa sebagai subyek belajar sehingga pembelajaran bersifat student centered. Siswa belajar dengan terlibat secara langsung sebagai pengalamannya untuk memikirkan secara kritis membangun pengetahuannya.
Realistik Matematika lahir sesuai dengan cara berpikir siswa tingkat SD. Santrock (2011: 329) Piaget menyatakan bahwa tahap operasional konkret berlangsung pada usia sekitar 7 hingga 11 tahun. Oleh karena itu siswa SD termasuk ke dalam tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi konkret; mereka juga dapat bernalar secara logis sejauh penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Cara berpikir siswa ada 3 unsur menurut Shigeo Katagiri yaitu sikap, metode, dan materi/isi sehingga ada Realistic Mathematics Education yang terdapat dalam perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory. Dalam memfasilitasi belajar Matematika berawal dari tahap konkret, model konkret, model formal, kemudian formal. Sama seperti Teori Bruner diawali dari tahap enactive (benda), iconic, dan symbolic. Perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory akan menyesuaikan dengan cara berpikir dan belajar siswa sesuai dengan kebutuhan, kesiapan, dan tahap perkembangan berpikir siswa.

B.       Learning Trajectory dalam Kurikulum 2013

Learning Trajectory tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana siswa berpikir yang berimplikasi pada Teaching Trajectory. Seperti dalam Filsafat tentang membangun hidup siswa, dalam Learning Trajectory pun berimplikasi dengan Teaching Trajectory yaitu guru memfasilitasi belajar siswa dengan berbagai metode yang inovatif sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
Learning Trajectory Timeline meliputi hakekat/makna/arti serta sejarahnya. Struktur ketentuan Learning Trajectory meliputi filsafat, ideologi, UUD 1945, UU, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Pemerintah, Kurikulum, Silabus, RPP, LKS (Lembar Kegiatan Siswa), Sekolah, Guru, Siswa, Mata Pelajaran, PBM. Kurikulum saat ini adalah kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan serta authentic assessment yang menilai ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.
Learning Trajectory dapat diaplikasikan oleh guru dengan memfasilitasi belajar siswa dalam perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran yang diselenggarakan sesuai dengan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific dan authentic assessment. Guru menyesuaikan cara berpikir dan belajar siswa SD yang berpikir secara konkret di dalam perangkat dan proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dan authentic assessment.
Cara berpikir siswa ada 3 unsur menurut Shigeo Katagiri yaitu sikap, metode, dan materi/isi. Dalam memfasilitasi belajar Matematika berawal dari tahap konkret, model konkret, model formal, kemudian formal. Sama seperti Teori Bruner diawali dari tahap enactive (benda), iconic, dan symbolic. Penilaian autentik (authentic assessment) dalam kurikulum 2013 dapat dijadikan pedoman guru sejauh mana guru berhasil melakukan Teaching Trajectory yang merupakan implikasi dari Learning Trajectory.
Kurikulum 2013 menggunakan tematik integratif berupa tema-tema terdiri dari beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema. Siswa tingkat SD berpikir dan belajar secara konkret dan holistik sehingga guru harus memfasilitasi siswa belajar secara holistik melalui tematik integratif dan secara konkret melalui benda-benda konkret sesuai dengan tahap perkembangan siswa dalam teori belajar dan mengajar.

 

BAB III

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNING TRAJECTORY KELAS I

Perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran Kelas I Tema Kegemaranku Subtema Gemar Membaca yang terdapat pada Lampiran. Perangkat pembelajaran dikembangkan berbasis Learning Trajectory berdasarkan teori belajar dan mengajar tentang cara belajar dan berpikir siswa serta menggunakan metode pembelajaran yang inovatif untuk memfasilitasi belajar siswa. Perangkat pembelajaran dikembangkan berdasarkan buku Lines of Development in Primary Mathematics  yang dikembangkan pada Tabel Trajectory Lines of Development Primary Mathematics. Perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory yang dikembangkan antara lain Silabus, RPP, LKS, dan Handout/Konten/Isi.

A.      Silabus

Silabus pada dasarnya merupakan rencana pembelajaran jangka panjang pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus sebagai suatu rencana pembelajaran diperlukan sebab proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Selain itu, proses pembelajaran sendiri pada hakikatnya merupakan suatu proses yang ditata dan diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan dan kompetensi dasar dapat tercapai secara efektif.
Terdapat beberapa prinsip yang harus dijadikan dasar dalam pengembangan silabus, yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai/adequate, aktual/kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. Penjelasan dari prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1.         Ilmiah, maksudnya bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Mengingat silabus berisikan garis-garis besar isi/materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa, maka materi/isi pembelajaran tersebut harus memenuhi kebenaran ilmiah. Untuk itu, dalam penyusunan silabus disarankan melibatkan ahli bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran agar materi pembelajaran tersebut memiliki validitas yang tinggi.
2.         Relevan, maksudnya bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3.         Sistematis, maksudnya bahwa komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem, oleh karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis.
4.         Konsisten, maksudnya bahwa dalam silabus harus nampak hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5.         Memadai, maksudnya bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar yang pada akhirnya mencapai standar kompetensi.
6.         Aktual dan Kontekstual, maksudnya bahwa cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7.         Fleksibel, maksudnya bahwa keseluruhan komponen silabus dapat meng- akomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8.         Menyeluruh, maksudnya bahwa komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).

B.       RPP

RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pembelajaran atau tema tertentu yang mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: data sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; alokasi waktu; KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; materi pembelajaran; kegiatan pembelajaran; penilaian; dan media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke­giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut.
1.         RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.
2.         RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
3.         Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
4.         Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.
5.         Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
6.         Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
7.         Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
8.         RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.
9.         Keterkaitan dan keterpaduan.
10.     RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.
11.     Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
12.     RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Sedangkan prinsip penyusunan RPP Kurikulum 2013 meliputi:
1.         Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).
2.         Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali atau lebih dari satu kali pertemuan.
3.         Memperhatikan perbedaan individu peserta didik, RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
4.         Berpusat pada peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
5.         Mengembangkan budaya belajar sepanjang hayat Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
6.         Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran, RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
7.         Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi dan/atau antar muatan, RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8.         Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi, RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

C.      LKS

Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan–pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah (Dhari dan Haryono, 1988).
Adapun bagi siswa penggunaan LKS menurut Dhari dan Haryono (1988) bermanfaat untuk:
1.      Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2.      Melatih dan mengembangkan keterampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan.
3.      Membantu memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut.
4.      Membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.

Latihan dan soal-soal yang dikembangkan harus menggunakan berbagai bentuk dan teknik yang beraneka ragam sehingga tidak membosankan. Harus dicantumkan pula bagaimana langkah-langkah pengerjaannya jika soal tersebut berbentuk esai ataupun penugasan. Macam-macam lembar kerja siswa dibagi menjadi dua yaitu LKS terbuka dan LKS tertutup.
1.         LKS tertutup, lembaran kegiatan siswa yang digunakan dalam pembelajaran di kelas secara teratur dan sistematis. Contohnya, biasanya setelah guru menyampaikan materi maka siswa diberikan lembar kerja yang harus diselesaikan oleh peserta didik, guru bisa menggunakan lembar kerja siswa tertutup ini.
2.         LKS terbuka, yaitu lembar kegiatan siswa yang di dalamnya tidak terikat dengan aturan-aturan. Jadi, siswa disuruh menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS ini dengan caranya sendiri beserta dengan petunjuk guru.

D.      Handout/Konten/Isi

Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran adalah handout. Handout dapat menjadi bahan ajar cetak yang sangat ekonomis dan praktis. Dikatakan ekonomis dan praktis karena handout pada umumnya hanya berisi ringkasan atau kesimpulan atau bagian-bagian dari materi yang penting sehingga peserta didik dapat langsung mengetahui dasar-dasar serta poin-poin yang penting pada materi yang sedang dipelajari dengan menggunakan handout.
Handout yang berisi poin-poin penting dari materi pelajaran yang sedang dipelajari tersebut jika digunakan tentu tidak akan membuat kebingungan pada siswa dalam mempelajari suatu materi. Desain bahan ajar handout yang seperti ini tentu membuat belajar siswa menjadi lebih terbimbing, siswa mengetahui apa-apa saja yang harus dipelajari sehingga tidak mempelajari materi-materi yang tidak relevan dengan pokok bahasan atau materi pokok yang sedang dipelajari dengan menggunakan handout.
Penggunaan handout dalam pembelajaran dapat memiliki beberapa fungsi. Seperti yang disampaikan oleh Steffen dan Peter Ballstaedt dalam Prastowo (2013: 80) bahwa fungsi handout antara lain adalah:
1.         Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat
2.         Sebagai pendamping penjelasan pendidik
3.         Sebagai bahan rujukan pesertadidik
4.         Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar
5.         Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan
6.         Memberi umpan balik
7.         Menilai hasil belajar
Tujuan pembuatan dan penggunaan handout untuk pelajaran seperti yang dikemukakan Prastowo (2013: 80) antara lain adalah:
1.         Untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik
2.         Untuk memperkaya pengetahuan peserta didik
3.         Untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru
Dengan konsep handout yang terdiri dari ringkasan dan hal-hal penting pada sebuah materi pelajaran maka hendaknya bahan ajar handout ini diterapkan dalam pembelajaran dengan didampingi bahan ajar ataupun media pembelajaran lainnya. Hal ini sangat penting bagi siswa agar siswa mengetahui secara mendalam materi yang sedang dipelajari, juga pada handout tidak dapat mencakup semua materi pokok bahasan tertentu.
Berdasarkan fungsi dan tujuan penggunaan handout dalam pembelajaran diatas maka hendaknya guru maupun peserta didik mampu memakai bahan ajar handout ini secara bijak. Handout harus mampu digunakan dengan optimal dan sesuai dengan porsi dengan perencanaan pembelajaran yang baik dan tepat. Tidak cukup hanya handout saja tetapi diperlukan pula bahan ajar, sumber belajar, ataupun media pembelajaran lain agar apapun yang digunakan dalam pembelajaran dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan baik dan lancar.

 

BAB IV

RENCANA/PRAKTEK LEARNING TRAJECTORY DAN TEACHING TRAJECTORY DI SEKOLAH

Perencanaan Learning Trajectory dan Teaching Trajectory akan diselenggarakan di SD Negeri Dlangu. SD Negeri Dlangu merupakan salah satu SD di Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Pelaksanaan Learning Trajectory dan Teaching Trajectory akan dikemas melalui Lesson Study secara Open Class dengan meminta izin dan mengundang para akademisi dan praktisi pendidikan guna menyamakan persepsi tentang perangkat dan proses pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory serta sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki kualitas profesionalisme guru, perangkat dan proses pembelajaran, keaktifan siswa, dll.
Proses pembelajaran Lesson Study dilaksanakan secara Tematik Integratif Kurikulum 2013. Proses pembelajaran Lesson Study dilaksanakan sesuai dengan perencanaan perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory yang telah dikembangkan. Refleksi Lesson Study dalam skema Learning Trajectory yang diselenggarakan di SD Negeri Sodo pada 23 Mei 2015 dijadikan pelajaran atau dasar dalam menyelenggarakan Lesson Study di SD Negeri Dlangu.
Pelaksanaan Lesson Study akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 08 Agustus 2015 pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00. Kegiatan Lesson Study dimulai dengan sambutan para akademisi seperti Kepala Program Studi Pendidikan Dasar Dr. Muhammad Nur Wangit, M.Si., Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar Dr. Ali Mustadi, M.Pd., serta dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar yaitu Prof. Dr. Marsigit, M.A. untuk memberi sambutan dan penjelasan tentang Learning Trajectory dan Teaching Trajectory. Sambutan lain dari para praktisi pendidikan seperti Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Pendidikan Purworejo, Kepala Sekolah SD Negeri Dlangu, dan praktisi pendidikan lainnya.
Dalam proses pembelajaran terdapat dua guru model yaitu Ika Noviana, S.Pd. dan Harini Puji Astuti, S.Pd. Siswa kelas I sebagai subyek belajar. Para akademisi, praktisi pendidikan, serta mahasiswa sebagai observer yang mengobservasi selama proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati oleh observer antara lain kegiatan apersepsi; diskusi kelompok; variasi media/alat peraga; variasi strategi, pendekatan, model dan metode pembelajaran; variasi interaksi; RPP; LKS; presentasi hasil diskusi oleh siswa; kesimpulan oleh siswa; dan penilaian berbasis kelas. Contoh lembar observasi  adalah Lembar Observasi Lesson Study di SD Negeri Sodo yang terdapat pada Lampiran.
Kegiatan akhir dari pelaksanaan Learning Trajectory dan Teaching Trajectory dalam Lesson Study yaitu refleksi. Para akademi, praktisi pendidikan, dan mahasiswa yang mengamati selama proses pembelajaran menjelaskan hasil pengamatannya, apa saja yang perlu diperbaiki, dipertahankan bahkan dikembangkan, dll. Kegiatan yang kurang menjadi bahan refleksi untuk diperbaiki sedangkan kegiatan yang sudah baik dipertahankan bahkan dikembangkan. Refleksi Lesson Study tidak bersifat mengkritik para guru model. Kegiatan refleksi bersifat mencari jalan keluar terbaik untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia secara bersama-sama dengan menyamakan persepsi antara para dosen/akedemisi, praktisi pendidikan, dan mahasiswa.
Setelah perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan kemudian refleksi maka hasil dari kegiatan Learning Trajectory dan Teaching Trajectory dalam Lesson Study penting untuk diseminarkan atau disebarluaskan dalam jejaring sistemik untuk dibagikan agar bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain bahkan orang banyak atau dunia. Jejaring sistemik atau seminar dapat digunakan sebagai wadah untuk membangun dunia Learning Trajectory dan Teaching Trajectory.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan

Learning Trajectory merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa belajar serta bagaimana siswa berpikir yang diaplikasikan dalam Teaching Trajectory tentang bagaimana guru menyelenggarakan proses belajar mengajar (Prof. Dr. Marsigit, M.A.). Guru inovatif membangun Learning Trajectory dengan mempelajari bagaimana siswa berpikir dan belajar melalui berbagai referensi tentang teori belajar dan mengajar untuk membuat perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory serta memfasilitasi belajar siswa (Teaching Trajectory) dengan mengaitkan materi sebelum, materi PBM, dan materi sesudah pembelajaran.
Siswa SD termasuk ke dalam tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi konkret; mereka juga dapat bernalar secara logis sejauh penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Cara berpikir siswa ada 3 unsur menurut Shigeo Katagiri yaitu sikap, metode, dan materi/isi sehingga ada Realistic Mathematics Education yang terdapat dalam perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory. Dalam memfasilitasi belajar Matematika berawal dari tahap konkret, model konkret, model formal, kemudian formal. Sama seperti Teori Bruner diawali dari tahap enactive (benda), iconic, dan symbolic. Perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory akan menyesuaikan dengan cara berpikir dan belajar siswa sesuai dengan kebutuhan, kesiapan, dan tahap perkembangan berpikir siswa.
Learning Trajectory dapat diaplikasikan oleh guru dengan memfasilitasi belajar siswa dalam perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran yang diselenggarakan sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific dan authentic assessment. Guru menyesuaikan cara berpikir dan belajar siswa SD yang berpikir secara konkret di dalam perangkat dan proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dan authentic assessment.
Kurikulum 2013 menggunakan tematik integratif berupa tema-tema terdiri dari beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema. Siswa tingkat SD berpikir dan belajar secara konkret dan holistik sehingga guru harus memfasilitasi siswa belajar secara holistik melalui tematik integratif dan secara konkret melalui benda-benda konkret sesuai dengan tahap perkembangan siswa dalam teori belajar dan mengajar. Guru memfasilitasi belajar siswa dengan mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory berupa Silabus, RPP, LKS, dan Handout sesuai dengan referensi Kurikulum 2013 dan berbagai teori belajar mengajar serta menyelenggarakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sesuai dengan perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory yang telah dikembangkan.

B.       Saran

Guru perlu mengembangkan Learning Trajectory yang berimplikasi pada Teaching Trajectory berdasarkan Lines of Development dimana didalamnya mengembangkan berpikir matematis Shigeo Katagiri, pendekatan Realistic Mathematics Education, teori-teori belajar yang menyesuaikan tahap perkembangan dan berpikir siswa.
Perlunya pelaksanaan Lesson Study sebagai wadah untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa serta meningkatkan profesionalisme guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory yang berimplikasi pada Teaching Trajectory. Pentingnya Learning Trajectory untuk dipelajari dan diimplementasikan oleh guru dalam Teaching Trajectory agar guru tidak hanya mencetak siswa yang pandai tetapi siswa juga berkarakter serta mampu berpikir kritis dan kreatif.

 

DAFTAR PUSTAKA


Deboys, Mary & Eunice Pitt. (1988). Lines of Development in Primary Mathematics. Northern Ireland: The Guernsey Press Company Limited.

Dhari, HM. dan Dharyono, AP. 1988. Perangkat Pembelajaran. Malang: Depdikbud.

Erman Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Lubna Assagaf, dkk. (2014). Buku Guru Tema 2 Kegemaranku: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lubna Assagaf, dkk. (2014). Buku Siswa Tema 2 Kegemaranku: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Prastowo, Andi. (2013). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press.

S. Praja Juhaya. (2005). Aliran-aliran Filsafat dan Etika Suatu Pengantar. Cet II. Jakarta: Prenada Media.

Santrock, John W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1. Diterjemahkan Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga.  

http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/pengembangan-silabus.html

http://www.m-edukasi.web.id/2014/06/prinsip-prinsip-pengembangan-rpp.html

http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2007/paper_pdf/Shigeo%20Katagiri.pdf

https://www.academia.edu/8886434/The_ICEBERG_Approach_of_Learning_Fractions_in_Junior_High_School

http://www.mei.org.uk/rme