PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
BERBASIS LEARNING TRAJECTORY
DI SEKOLAH DASAR
Disusun
guna memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah:
Pengembangan
Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen
pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Oleh:
Ika
Noviana
NIM.
14712251002
Konsentrasi
Praktisi (Guru Kelas)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
DAFTAR ISI
COVER JUDUL .................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
II LEARNING
TRAJECTORY MATEMATIKA SD .......................................... 4
A.
Referensi Normatif yang
Berkaitan dengan Learning Trajectory ............ 5
B.
Learning Trajectory dalam
Kurikulum 2013 ............................................ 6
III PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS
LEARNING TRAJECTORY DI KELAS I ...................................................... 8
A.
Silabus ...................................................................................................... 8
B.
RPP ........................................................................................................... 9
C.
LKS .......................................................................................................... 12
D.
Handout/Konten/Isi .................................................................................. 13
IV RENCANA/PRAKTEK LEARNING
TRAJECTORY DAN TEACHING
TRAJECTORY DI SEKOLAH ....................................................................... 15
V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19
LAMPIRAN
Download Lampiran:
1. Tabel Trajectory Lines of Development Primary Mathematics
2. Silabus
3. RPP, LKS, dan Handout/Konten/Isi
4. Lembar Observasi Lesson Study di SD
Negeri Sodo
BAB I
PENDAHULUAN
Perkuliahan
Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan
Dasar yang diampu oleh Prof. Dr.
Marsigit, M.A. memberi banyak ilmu tentang Learning
Trajectory yang berimplikasi pada Teaching
Trajectory. Learning Trajectory
merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa belajar serta bagaimana siswa
berpikir yang diaplikasikan dalam Teaching
Trajectory tentang bagaimana guru menyelenggarakan proses belajar mengajar.
Learning
Trajectory diaplikasikan pada perangkat
pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Teaching Trajectory). Namun para guru masih banyak yang masih
tradisional dimana guru membuat perangkat pembelajaran yang masih bersifat
tradisional. Guru masih egois karena tidak memperhatikan kebutuhan, kesiapan,
dan tahap perkembangan berpikir siswa dalam membuat dan mengaplikasikan
perangkat pembelajarannya.
Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru
tradisional belum berbasis Learning
Trajectory, belum mengaitkan
materi sebelum, materi PBM, dan materi sesudahnya dari level rendah menuju
level tinggi saling berkaitan. Materi pembelajaran bersifat parsial sehingga
pengetahuan siswa terbatas atau terputus kurang berkembang secara maksimal. Perangkat
pembelajaran belum berbasis Learning
Trajectory yang belum memfasilitasi siswa belajar ilmu misalnya Matematika
secara konkret berdasarkan fakta dan pengalaman siswa dalam kehidupan
sehari-hari sehingga intuisi siswa akan tercabut dan kehilangan nuraninya.
Perangkat pembelajaran
masih tradisional dimana kurangnya pengalaman siswa tanpa Realistic Mathematics Education. Guru tradisional yang otoriter
terhadap muridnya, guru munafik yang mengharuskan siswa menjawab sempurna.
Fasilitas guru belum menyesuaikan dengan karakteristik dan tahap perkembangan
berpikir siswa dimana siswa langsung belajar pada tahap formal secara
tradisional. Guru mengkondisikan dalam proses belajar siswa sehingga siswa akan
tergantung kepada guru.
Perangkat pembelajaran yang
seharusnya adalah perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory mengaitkan materi sebelum, materi PBM, dan
materi sesudahnya dari level rendah menuju level tinggi yang saling berkaitan.
Perangkat pembelajaran yang berbasis Learning
Trajectory menyesuaikan tahap perkembangan berpikir siswa. Berdasarkan
teori Piaget, tahap perkembangan anak tingkat sekolah dasar masih berpikir
secara konkret berdasarkan fakta dan pengalaman sehingga perangkat pembelajaran
berbasis Learning Trajectory
memfasilitasi siswa belajar ilmu misalnya Matematika secara konkret berdasarkan
fakta dan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jika siswa difasilitasi
belajar Matematika secara konkret berdasarkan fakta dan pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari maka siswa akan dapat membangun konsep berdasarkan
intuisinya yang melahirkan nurani siswa.
Perangkat pembelajaran
yang berbasis Learning Trajectory bersifat
Sintetik Apriori seperti Realistic
Mathematics Education dimana sebenar-benar ilmu pengetahuan menurut
Immanuel Kant adalah harus ada pengalaman dan logika, harus Sintetik dan
Apriori, siswa terlibat secara langsung dalam proses belajar sehingga siswa
mampu membangun pengetahuannya. Perangkat pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory bersifat membangun (Constructivism). Perangkat pembelajaran
berbasis Learning Trajectory bersifat
guru yang melayani siswa, guru yang membangun siswa, guru yang inovatif.
Perangkat pembelajaran
yang berbasis Learning Trajectory menyesuaikan
karakteristik siswa dalam memberikan fasilitas belajar siswa. Banyak teori
belajar yang dijadikan dasar dalam usaha memfasilitasi belajar siswa. Wujud
teori-teori belajar adalah proses belajar mengajar. Cara berpikir siswa ada 3
unsur menurut Shigeo Katagiri yaitu sikap, metode, dan materi/isi sehingga ada Realistic Mathematics Education yang
terdapat dalam perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory. Dalam memfasilitasi belajar Matematika berawal
dari tahap konkret, model konkret, model formal, kemudian formal. Sama seperti
Teori Bruner diawali dari tahap enactive (benda), iconic, dan symbolic. Teori-teori belajar tersebut berdasar tahap perkembangan
berpikir oleh Piaget dimana anak SD berpikir secara konkret.
Perangkat pembelajaran
berbasis Learning Trajectory tidak
bersifat guru mengkondisikan dalam proses belajar siswa karena belajar
merupakan berdaya sehingga mengajar merupakan memberdayakan siswa dan siswa
tidak akan selalu tergantung kepada guru. Perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory membiarkan bola ada
di tangan siswanya. Bola yang ada ditangan siswa biarkan mau diapakan oleh
siswa tersebut. Bola tersebut merupakan milik siswa dan siswa mempunyai daya
atas bola tersebut untuk diapakan sehingga siswa tidak akan tergantung kepada
guru dalam memperlakukan bola tersebut. Bola itu sendiri merupakan fasilitas
guru yang dapat dimanfaatkan oleh siswa karena guru memberikan fasilitas kepada
siswa dalam usaha memberdayakan siswa agar siswa mampu berdaya dengan fasilitas
tersebut.
Dengan mengembangkan Learning Trajectory maka diharapkan akan
mampu mengembangkan perangkat pembelajaran di SD yang memperhatikan
perkembangan kognisi dan kompetensi siswa. Perkembangan kognisi dan kompetensi
siswa (kognisi, afeksi, dan psikomotor) membuat implikasi perlunya dikembangkan
teori belajar, teori mengajar, metode mengajar, dst. Lines Development dari substansi pembelajaran (Trajectory), rangkaian perangkat pembelajaran yang terstruktur dari
level rendah menuju tinggi sehingga Learning
Trajectory akan berkontribusi pada kejelasan dari kokohnya skema pencapaian
kompetensi. Dengan kokohnya skema pencapaian kompetensi akan dapat dilihat
kedudukan dan hubungan aktivitas belajar mengajar antar jenjang pendidikan.
BAB II
LEARNING TRAJECTORY MATEMATIKA SD
Learning
Trajectory merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa
belajar serta bagaimana siswa berpikir yang diaplikasikan dalam Teaching Trajectory tentang bagaimana
guru menyelenggarakan proses belajar mengajar (Prof. Dr. Marsigit, M.A.). Guru
inovatif membangun Learning Trajectory dengan
mempelajari bagaimana siswa berpikir dan belajar melalui berbagai referensi
tentang teori belajar dan mengajar untuk membuat perangkat pembelajaran yang
berbasis Learning Trajectory serta
memfasilitasi belajar siswa (Teaching Trajectory)
dengan mengaitkan materi sebelum, materi PBM, dan materi sesudah pembelajaran.
Menurut
Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins (Erman Suherman, 2001), matematika dapat
dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab,
dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang
termasuk dalam Matematika. Materi pembelajaran Matematika diajarkan secara
berjenjang atau bertahap, yaitu dari hal konkret ke abstrak, hal yang sederhana
ke kompleks, atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar. Pembelajaran matematika
mengikuti metoda spiral. Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan
konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu
dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep alam bahan
ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran
matematika (spiral melebar dan menaik).
Guru harus
mampu memfasilitasi siswa untuk belajar Matematika berdasarkan Learning Trajectory. Guru yang memahami Learning Trajectory akan memahami cara
memfasilitasi siswa belajar Matematika sesuai dengan cara berpikir dan belajar
Matematika siswa. Guru harus berani meninggalkan comfort zone dari tradisional yang sekedar transfer of knowledge menuju guru yang inovatif dengan cara
mempelajari Learning Trajectory sehingga
guru mampu membuat perangkat pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam rangka
memfasilitasi siswa belajar Matematika sesuai dengan cara berpikir dan belajar
siswa. Cara berpikir dan belajar siswa berkaitan dengan kesiapan, kebutuhan,
dan tahap perkembangan siswa. Guru harus memperhatikan dan menyesuaikan proses
pembelajaran dengan hal-hal tersebut.
A. Referensi Normatif yang Berkaitan dengan Learning Trajectory
Kritisisme merupakan aliran yang lahir dari pemikiran Immanuel
Kant yang terbentuk sebagai ketidakpuasan atas aliran Rasionalisme dan
Empirisme. Kekeliruan Rasionalisme ialah karena Rasionalisme tidak
memperhatikan pengalaman, lebih mementingkan rasio, pengertian dan aspek-aspek
statis. Sedangkan Empirisme lebih mementingkan pengalaman dan aspek-aspek
dinamis, tetapi tidak memiliki konsep untuk menggambarkan pengalaman.
Filsafat Kant berusaha mengatasi dua aliran
antara Empirisme dan Rasionalisme dengan menunjukkan unsur-unsur mana dalam pikiran
manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam
akal. Kant menyebut perdebatan itu antinomy, seakan kedua belah pihak
merasa benar sendiri, sehingga tidak sempat memberi peluang untuk munculnya
alternatif ketiga yang barangkali lebih menyejukkan dan konstruktif.
Kant memandang Rasionalisme
dan Empirisme senantiasa berat sebelah dalam
menilai akal dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Kant tidak menentang
adanya akal murni, ia hanya menunjukkan bahwa akal murni itu terbatas. Akal
murni menghasilkan pengetahuan tanpa dasar indrawi atau independen dari alat
pancaindra.
Filsafat memulai perjalanannya dengan menyelidiki batas-batas
kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Maka Kritisisme berbeda dengan
corak filsafat modern sebelum-sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio
secara mutlak. Dengan
Kritisisme yang diciptakan oleh Immanuel Kant, hubungan antara rasio dan
pengalaman menjadi harmonis, sehingga pengetahuan yang benar bukan hanya pada
rasio, tetapi juga pada hasil indrawi.
Kant
mengatakan bahwa, akal tidak boleh bertindak seperti seorang siswa yang hanya puas
dengan mendengarkan keterangan-keterangan yang telah dipilihkan oleh gurunya, tetapi hendaknya ia
bertindak seperti hakim yang bertugas menyelidiki perkara dan memaksa para
saksi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia sendiri telah rumuskan dan
persiapkan sebelumnya. Upaya Kant ini dikenal dengan kritisisme atau filsafat
kritis.
Pemikiran Immanuel Kant yang menghubungkan antara rasio dan pengalaman
untuk menggapai pengetahuan yang benar sangat sesuai dengan pembelajaran siswa
SD yang belajar dari pengalaman dan rasionya. Pemikiran Immanuel Kant yang
bersifat Sintetik Apriori melahirkan Realistik Matematika dalam pembelajaran Matematika di SD. Sebenar-benar ilmu
pengetahuan menurut Immanuel Kant adalah harus ada pengalaman dan logika, harus
Sintetik dan Apriori. Guru tidak
sekedar transfer of knowledge tetapi
siswa sebagai subyek belajar sehingga pembelajaran bersifat student centered. Siswa belajar dengan
terlibat secara langsung sebagai pengalamannya untuk memikirkan secara kritis
membangun pengetahuannya.
Realistik Matematika lahir sesuai dengan cara
berpikir siswa tingkat SD. Santrock (2011: 329) Piaget menyatakan bahwa tahap
operasional konkret berlangsung pada usia sekitar 7 hingga 11 tahun. Oleh
karena itu siswa SD termasuk ke dalam tahap perkembangan kognitif operasional
konkret. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi konkret; mereka juga
dapat bernalar secara logis sejauh penalaran itu dapat diaplikasikan pada
contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Cara berpikir siswa ada 3 unsur
menurut Shigeo Katagiri yaitu sikap, metode, dan materi/isi sehingga ada Realistic Mathematics Education yang
terdapat dalam perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory. Dalam memfasilitasi belajar Matematika berawal
dari tahap konkret, model konkret, model formal, kemudian formal. Sama seperti
Teori Bruner diawali dari tahap enactive (benda), iconic, dan symbolic. Perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran yang
berbasis Learning Trajectory akan
menyesuaikan dengan cara berpikir dan belajar siswa sesuai dengan kebutuhan,
kesiapan, dan tahap perkembangan berpikir siswa.
B. Learning Trajectory dalam Kurikulum 2013
Learning
Trajectory tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana siswa
berpikir yang berimplikasi pada Teaching
Trajectory. Seperti dalam Filsafat tentang membangun hidup siswa, dalam Learning Trajectory pun berimplikasi
dengan Teaching Trajectory yaitu guru
memfasilitasi belajar siswa dengan berbagai metode yang inovatif sesuai dengan
tahap perkembangan siswa.
Learning
Trajectory Timeline meliputi hakekat/makna/arti serta
sejarahnya. Struktur ketentuan Learning
Trajectory meliputi filsafat, ideologi, UUD 1945, UU, Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri, Peraturan Pemerintah, Kurikulum, Silabus, RPP, LKS (Lembar
Kegiatan Siswa), Sekolah, Guru, Siswa, Mata Pelajaran, PBM. Kurikulum saat ini
adalah kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan scientific meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan serta authentic
assessment yang menilai ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.
Learning
Trajectory dapat diaplikasikan oleh guru dengan
memfasilitasi belajar siswa dalam perangkat pembelajaran dan proses
pembelajaran yang diselenggarakan sesuai dengan kurikulum 2013 yang menggunakan
pendekatan scientific dan authentic assessment. Guru menyesuaikan
cara berpikir dan belajar siswa SD yang berpikir secara konkret di dalam
perangkat dan proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dan authentic
assessment.
Cara berpikir siswa ada 3 unsur menurut Shigeo
Katagiri yaitu sikap, metode, dan materi/isi. Dalam memfasilitasi belajar
Matematika berawal dari tahap konkret, model konkret, model formal, kemudian
formal. Sama seperti Teori Bruner diawali dari tahap enactive (benda), iconic, dan
symbolic. Penilaian autentik (authentic assessment) dalam kurikulum
2013 dapat dijadikan pedoman guru sejauh mana guru berhasil melakukan Teaching Trajectory yang merupakan
implikasi dari Learning Trajectory.
Kurikulum 2013 menggunakan tematik integratif berupa
tema-tema terdiri dari beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema.
Siswa tingkat SD berpikir dan belajar secara konkret dan holistik sehingga guru
harus memfasilitasi siswa belajar secara holistik melalui tematik integratif
dan secara konkret melalui benda-benda konkret sesuai dengan tahap perkembangan
siswa dalam teori belajar dan mengajar.
BAB III
PENGEMBANGAN
PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNING
TRAJECTORY KELAS I
Perangkat pembelajaran berbasis
Learning Trajectory yang dikembangkan
adalah perangkat pembelajaran Kelas I Tema Kegemaranku Subtema Gemar Membaca
yang terdapat pada Lampiran. Perangkat pembelajaran dikembangkan berbasis Learning Trajectory berdasarkan teori
belajar dan mengajar tentang cara belajar dan berpikir siswa serta menggunakan
metode pembelajaran yang inovatif untuk memfasilitasi belajar siswa. Perangkat
pembelajaran dikembangkan berdasarkan buku Lines of Development in Primary Mathematics yang dikembangkan pada Tabel Trajectory Lines of Development Primary Mathematics. Perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory yang dikembangkan antara lain Silabus, RPP, LKS, dan Handout/Konten/Isi.
A. Silabus
Silabus pada dasarnya merupakan rencana pembelajaran
jangka panjang pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran tertentu yang
mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Silabus sebagai suatu rencana pembelajaran diperlukan sebab proses
pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.
Selain itu, proses pembelajaran sendiri pada hakikatnya merupakan suatu proses
yang ditata dan diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar
dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan dan kompetensi dasar
dapat tercapai secara efektif.
Terdapat beberapa prinsip yang harus dijadikan dasar
dalam pengembangan silabus, yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten,
memadai/adequate, aktual/kontekstual,
fleksibel, dan menyeluruh. Penjelasan dari prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1.
Ilmiah, maksudnya bahwa keseluruhan
materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Mengingat silabus berisikan garis-garis
besar isi/materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa, maka materi/isi
pembelajaran tersebut harus memenuhi kebenaran ilmiah. Untuk itu, dalam
penyusunan silabus disarankan melibatkan ahli bidang keilmuan masing-masing
mata pelajaran agar materi pembelajaran tersebut memiliki validitas yang tinggi.
2.
Relevan, maksudnya bahwa cakupan,
kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spritual peserta didik.
3.
Sistematis, maksudnya bahwa
komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem, oleh karena
itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis.
4.
Konsisten, maksudnya bahwa dalam silabus
harus nampak hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
5.
Memadai, maksudnya bahwa cakupan
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar yang pada akhirnya
mencapai standar kompetensi.
6.
Aktual dan Kontekstual, maksudnya bahwa
cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7.
Fleksibel, maksudnya bahwa keseluruhan
komponen silabus dapat meng- akomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta
dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8.
Menyeluruh, maksudnya bahwa komponen
silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
B. RPP
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan
secara rinci dari suatu materi pembelajaran atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: data
sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; alokasi waktu; KI, KD,
indikator pencapaian kompetensi; materi pembelajaran; kegiatan pembelajaran;
penilaian; dan media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap
guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun
RPP adalah sebagai berikut.
1.
RPP disusun guru sebagai terjemahan dari
ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat
nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan
dalam pembelajaran.
2.
RPP dikembangkan guru dengan
menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan
pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar,
latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
3.
Mendorong partisipasi aktif peserta
didik.
4.
Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013
untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti
belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta
didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan
kebiasaan belajar.
5.
Mengembangkan budaya membaca dan
menulis.
6.
Proses pembelajaran dalam RPP dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
7.
Memberikan umpan balik dan tindak
lanjut.
8.
RPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran
remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan,
hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi.
Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik.
9.
Keterkaitan dan keterpaduan.
10. RPP
disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam
satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan,
dan keragaman budaya.
11. Menerapkan
teknologi informasi dan komunikasi.
12. RPP
disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi
secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Sedangkan prinsip penyusunan RPP Kurikulum 2013 meliputi:
1.
Setiap RPP harus secara utuh memuat
kompetensi sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan
(KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).
2.
Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu
kali atau lebih dari satu kali pertemuan.
3.
Memperhatikan perbedaan individu peserta
didik, RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
4.
Berpusat pada peserta didik Proses
pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat
belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
5.
Mengembangkan budaya belajar sepanjang
hayat Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
6.
Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
pembelajaran, RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi.
7.
Memiliki keterkaitan dan keterpaduan
antar kompetensi dan/atau antar muatan, RPP disusun dengan memperhatikan
keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam
satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar,
dan keragaman budaya.
8.
Menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi, RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
C. LKS
Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud
dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk
melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian
singkat materi, tujuan kegiatan, alat/bahan yang diperlukan dalam kegiatan,
langkah kerja pertanyaan–pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil
diskusi, dan latihan ulangan.
Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai
alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa.
Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan
kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa
memecahkan masalah (Dhari dan Haryono, 1988).
Adapun bagi siswa penggunaan LKS menurut Dhari dan
Haryono (1988) bermanfaat untuk:
1.
Meningkatkan aktivitas siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
2.
Melatih dan mengembangkan keterampilan
proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan.
3.
Membantu memperoleh catatan tentang
materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut.
4.
Membantu menambah informasi tentang
konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.
Latihan dan soal-soal yang dikembangkan harus menggunakan
berbagai bentuk dan teknik yang beraneka ragam sehingga tidak membosankan.
Harus dicantumkan pula bagaimana langkah-langkah pengerjaannya jika soal
tersebut berbentuk esai ataupun penugasan. Macam-macam lembar kerja siswa
dibagi menjadi dua yaitu LKS terbuka dan LKS tertutup.
1.
LKS tertutup, lembaran kegiatan siswa
yang digunakan dalam pembelajaran di kelas secara teratur dan sistematis.
Contohnya, biasanya setelah guru menyampaikan materi maka siswa diberikan
lembar kerja yang harus diselesaikan oleh peserta didik, guru bisa menggunakan
lembar kerja siswa tertutup ini.
2.
LKS terbuka, yaitu lembar kegiatan siswa
yang di dalamnya tidak terikat dengan aturan-aturan. Jadi, siswa disuruh menyelesaikan
masalah yang ada di dalam LKS ini dengan caranya sendiri beserta dengan
petunjuk guru.
D. Handout/Konten/Isi
Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan guru
dalam pembelajaran adalah handout. Handout dapat menjadi bahan ajar cetak
yang sangat ekonomis dan praktis. Dikatakan ekonomis dan praktis karena handout pada umumnya hanya berisi
ringkasan atau kesimpulan atau bagian-bagian dari materi yang penting sehingga
peserta didik dapat langsung mengetahui dasar-dasar serta poin-poin yang
penting pada materi yang sedang dipelajari dengan menggunakan handout.
Handout
yang berisi poin-poin penting dari materi pelajaran yang sedang dipelajari
tersebut jika digunakan tentu tidak akan membuat kebingungan pada siswa dalam
mempelajari suatu materi. Desain bahan ajar handout
yang seperti ini tentu membuat belajar siswa menjadi lebih terbimbing, siswa
mengetahui apa-apa saja yang harus dipelajari sehingga tidak mempelajari
materi-materi yang tidak relevan dengan pokok bahasan atau materi pokok yang
sedang dipelajari dengan menggunakan handout.
Penggunaan handout
dalam pembelajaran dapat memiliki beberapa fungsi. Seperti yang disampaikan
oleh Steffen dan Peter Ballstaedt dalam Prastowo (2013: 80) bahwa fungsi handout antara lain adalah:
1.
Membantu peserta didik agar tidak perlu
mencatat
2.
Sebagai pendamping penjelasan pendidik
3.
Sebagai bahan rujukan pesertadidik
4.
Memotivasi peserta didik agar lebih giat
belajar
5.
Pengingat pokok-pokok materi yang
diajarkan
6.
Memberi umpan balik
7.
Menilai hasil belajar
Tujuan pembuatan dan penggunaan handout untuk pelajaran seperti yang dikemukakan Prastowo (2013:
80) antara lain adalah:
1.
Untuk memperlancar dan memberikan
bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik
2.
Untuk memperkaya pengetahuan peserta
didik
3.
Untuk mendukung bahan ajar lainnya atau
penjelasan dari guru
Dengan konsep handout
yang terdiri dari ringkasan dan hal-hal penting pada sebuah materi pelajaran
maka hendaknya bahan ajar handout ini
diterapkan dalam pembelajaran dengan didampingi bahan ajar ataupun media
pembelajaran lainnya. Hal ini sangat penting bagi siswa agar siswa mengetahui
secara mendalam materi yang sedang dipelajari, juga pada handout tidak dapat mencakup semua materi pokok bahasan tertentu.
Berdasarkan fungsi dan tujuan penggunaan handout dalam pembelajaran diatas maka
hendaknya guru maupun peserta didik mampu memakai bahan ajar handout ini secara bijak. Handout harus mampu digunakan dengan
optimal dan sesuai dengan porsi dengan perencanaan pembelajaran yang baik dan
tepat. Tidak cukup hanya handout saja
tetapi diperlukan pula bahan ajar, sumber belajar,
ataupun media pembelajaran
lain agar apapun yang digunakan dalam pembelajaran dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran dengan baik dan lancar.
BAB IV
RENCANA/PRAKTEK LEARNING TRAJECTORY DAN TEACHING TRAJECTORY DI SEKOLAH
Perencanaan Learning Trajectory dan Teaching Trajectory akan diselenggarakan
di SD Negeri Dlangu. SD Negeri Dlangu merupakan salah satu SD di Kecamatan
Butuh Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Pelaksanaan Learning Trajectory dan Teaching
Trajectory akan dikemas melalui Lesson
Study secara Open Class dengan meminta
izin dan mengundang para akademisi dan praktisi pendidikan guna menyamakan
persepsi tentang perangkat dan proses pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory serta sebagai bahan
refleksi untuk memperbaiki kualitas profesionalisme guru, perangkat dan proses
pembelajaran, keaktifan siswa, dll.
Proses pembelajaran Lesson Study dilaksanakan secara Tematik
Integratif Kurikulum 2013. Proses pembelajaran Lesson Study dilaksanakan sesuai dengan perencanaan perangkat
pembelajaran berbasis Learning Trajectory
yang telah dikembangkan. Refleksi Lesson
Study dalam skema Learning Trajectory
yang diselenggarakan di SD Negeri Sodo pada 23 Mei 2015 dijadikan pelajaran
atau dasar dalam menyelenggarakan Lesson
Study di SD Negeri Dlangu.
Pelaksanaan Lesson Study akan diselenggarakan pada
hari Sabtu, 08 Agustus 2015 pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00. Kegiatan Lesson Study dimulai dengan sambutan
para akademisi seperti Kepala Program Studi Pendidikan Dasar Dr. Muhammad Nur
Wangit, M.Si., Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar Dr. Ali Mustadi,
M.Pd., serta dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar yaitu Prof. Dr. Marsigit, M.A.
untuk memberi sambutan dan penjelasan tentang Learning Trajectory dan Teaching
Trajectory. Sambutan lain dari para praktisi pendidikan seperti Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Pendidikan Purworejo,
Kepala Sekolah SD Negeri Dlangu, dan praktisi pendidikan lainnya.
Dalam proses
pembelajaran terdapat dua guru model yaitu Ika Noviana, S.Pd. dan Harini Puji
Astuti, S.Pd. Siswa kelas I sebagai subyek belajar. Para akademisi, praktisi
pendidikan, serta mahasiswa sebagai observer yang mengobservasi selama proses
pembelajaran. Hal-hal yang diamati oleh observer antara lain kegiatan
apersepsi; diskusi kelompok; variasi media/alat peraga; variasi strategi,
pendekatan, model dan metode pembelajaran; variasi interaksi; RPP; LKS;
presentasi hasil diskusi oleh siswa; kesimpulan oleh siswa; dan penilaian
berbasis kelas. Contoh lembar observasi adalah
Lembar Observasi Lesson Study di SD
Negeri Sodo yang terdapat pada Lampiran.
Kegiatan akhir dari
pelaksanaan Learning Trajectory dan Teaching Trajectory dalam Lesson Study yaitu refleksi. Para
akademi, praktisi pendidikan, dan mahasiswa yang mengamati selama proses
pembelajaran menjelaskan hasil pengamatannya, apa saja yang perlu diperbaiki,
dipertahankan bahkan dikembangkan, dll. Kegiatan yang kurang menjadi bahan
refleksi untuk diperbaiki sedangkan kegiatan yang sudah baik dipertahankan
bahkan dikembangkan. Refleksi Lesson
Study tidak bersifat mengkritik para guru model. Kegiatan refleksi bersifat
mencari jalan keluar terbaik untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia
secara bersama-sama dengan menyamakan persepsi antara para dosen/akedemisi,
praktisi pendidikan, dan mahasiswa.
Setelah perencanaan,
pelaksanaan dan pengamatan kemudian refleksi maka hasil dari kegiatan Learning Trajectory dan Teaching Trajectory dalam Lesson Study penting untuk diseminarkan
atau disebarluaskan dalam jejaring sistemik untuk dibagikan agar bermanfaat
tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain bahkan orang banyak
atau dunia. Jejaring sistemik atau seminar dapat digunakan sebagai wadah untuk
membangun dunia Learning Trajectory dan
Teaching Trajectory.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Learning
Trajectory merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana siswa
belajar serta bagaimana siswa berpikir yang diaplikasikan dalam Teaching Trajectory tentang bagaimana
guru menyelenggarakan proses belajar mengajar (Prof. Dr. Marsigit, M.A.). Guru
inovatif membangun Learning Trajectory dengan
mempelajari bagaimana siswa berpikir dan belajar melalui berbagai referensi
tentang teori belajar dan mengajar untuk membuat perangkat pembelajaran yang
berbasis Learning Trajectory serta
memfasilitasi belajar siswa (Teaching
Trajectory) dengan mengaitkan materi sebelum, materi PBM, dan materi
sesudah pembelajaran.
Siswa SD termasuk ke dalam tahap perkembangan
kognitif operasional konkret. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi
konkret; mereka juga dapat bernalar secara logis sejauh penalaran itu dapat
diaplikasikan pada contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Cara berpikir
siswa ada 3 unsur menurut Shigeo Katagiri yaitu sikap, metode, dan materi/isi
sehingga ada Realistic Mathematics
Education yang terdapat dalam perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory. Dalam memfasilitasi
belajar Matematika berawal dari tahap konkret, model konkret, model formal,
kemudian formal. Sama seperti Teori Bruner diawali dari tahap enactive (benda), iconic, dan symbolic.
Perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran yang berbasis Learning Trajectory akan menyesuaikan
dengan cara berpikir dan belajar siswa sesuai dengan kebutuhan, kesiapan, dan
tahap perkembangan berpikir siswa.
Learning
Trajectory dapat diaplikasikan oleh guru dengan
memfasilitasi belajar siswa dalam perangkat pembelajaran dan proses
pembelajaran yang diselenggarakan sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menggunakan
pendekatan scientific dan authentic assessment. Guru menyesuaikan
cara berpikir dan belajar siswa SD yang berpikir secara konkret di dalam
perangkat dan proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dan authentic
assessment.
Kurikulum 2013 menggunakan tematik integratif berupa
tema-tema terdiri dari beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu tema.
Siswa tingkat SD berpikir dan belajar secara konkret dan holistik sehingga guru
harus memfasilitasi siswa belajar secara holistik melalui tematik integratif
dan secara konkret melalui benda-benda konkret sesuai dengan tahap perkembangan
siswa dalam teori belajar dan mengajar. Guru memfasilitasi belajar siswa dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis Learning Trajectory berupa Silabus, RPP, LKS, dan Handout sesuai dengan referensi
Kurikulum 2013 dan berbagai teori belajar mengajar serta menyelenggarakan
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sesuai dengan perangkat
pembelajaran berbasis Learning Trajectory
yang telah dikembangkan.
B. Saran
Guru perlu mengembangkan Learning Trajectory yang berimplikasi pada Teaching Trajectory berdasarkan Lines
of Development dimana didalamnya mengembangkan berpikir matematis Shigeo
Katagiri, pendekatan Realistic
Mathematics Education, teori-teori belajar yang menyesuaikan tahap
perkembangan dan berpikir siswa.
Perlunya pelaksanaan Lesson Study sebagai wadah untuk memperbaiki kualitas pendidikan
yang mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa serta
meningkatkan profesionalisme guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran
berbasis Learning Trajectory yang
berimplikasi pada Teaching Trajectory. Pentingnya
Learning Trajectory untuk dipelajari
dan diimplementasikan oleh guru dalam Teaching
Trajectory agar guru tidak hanya mencetak siswa yang pandai tetapi siswa
juga berkarakter serta mampu berpikir kritis dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Deboys, Mary & Eunice Pitt. (1988). Lines of Development in Primary Mathematics.
Northern Ireland: The Guernsey Press Company Limited.
Dhari, HM. dan Dharyono, AP. 1988. Perangkat
Pembelajaran. Malang: Depdikbud.
Erman Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.
Lubna
Assagaf, dkk. (2014). Buku Guru Tema 2 Kegemaranku:
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Lubna
Assagaf, dkk. (2014). Buku Siswa Tema 2 Kegemaranku:
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Prastowo, Andi. (2013). Panduan
Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press.
S. Praja Juhaya. (2005). Aliran-aliran Filsafat dan Etika Suatu Pengantar. Cet II. Jakarta:
Prenada Media.
Santrock, John W. (2012). Life-Span Development Perkembangan
Masa-Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1. Diterjemahkan Benedictine Widyasinta.
Jakarta: Erlangga.
http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/pengembangan-silabus.html
http://www.m-edukasi.web.id/2014/06/prinsip-prinsip-pengembangan-rpp.html
http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2007/paper_pdf/Shigeo%20Katagiri.pdf
https://www.academia.edu/8886434/The_ICEBERG_Approach_of_Learning_Fractions_in_Junior_High_School
http://www.mei.org.uk/rme